Selama 7 hari 6 malam kami merasakan menginap di Rumah Sakit yang membuat kami belajar banyak hal dan introspeksi diri, yah anggap saja sedang staycation gapapa lah yaah. Biar senang lah hati ibuk ini! Masa-masa seperti ini bisa saja disebut sebagai kilas balik di kehidupan Asiyah. Yaps, dalam kondisi sedemikian rupa dia yang baru saja menginjak usia 2 tahun harus mengalami berbagai macam perubahan di hidupnya semenjak menjalani rawat inap di rumah sakit akibat Bronkopneumonia. Kasian, sedih, dan berkecamuk pikiran saya memikirkan si kecil yang lemas karena tidak nafsu makan.Awal Mula Masuk ke Rumah Sakit
Semua berawal dari Asiy yang tertular batuk pilek di lingkungan sekitar rumah. Bukan cuma Asiy, saya dan mama pun juga ketularan karena yang paling banyak berinteraksi dengan Asiy. Kami pikir ya seperti batuk pilek sebelumnya, malah Asiy jarang sekali minum obat karena biasanya dalam 2-3 hari bapilnya langsung mereda. Kali ini kasusnya berbeda. Sudah dari Senin, 5 Juni 2023 gejala batuk pilek itu muncul, kami sekeluarga merasakan hal yang sama. Terutama Asiy yang masih kecil dan merengek di tengah malam, terbayang kan gimana susahnya dia mengatur pernafasan dengan kondisi hidung tersumbat. Sampai dengan Jum'at pun tidak kunjung membaik, akhirnya kami memutuskan untuk periksa di Klinik Faskes 1 dengan BPJS dan diberikan obat-obatan untuk diminum. Sudah 3 hari kami minum obat, bukannya membaik malah Asiy menunjukkan tanda-tanda yang bikin saya kepikiran terus menerus. Sampai bertemu dengan Senin lagi tepatnya 12 Juni 2023 malam hari, sepulang kerja Asiy menunggu saya di luar rumah, dia asik bermain dengan teman sebayanya. Saya perhatikan cara bernafasnya yang tidak biasa. Sebenarnya sudah dari hari Minggu saya curiga ada yang tidak beres, karena Asiy tidur dengan kondisi perut kembang kempis dan nafas berat pendek-pendek. Termasuk dari video yang dikirim mama saya Senin pagi ketika dia belajar menggunting, dadanya seperti sesak pun perutnya terlihat naik turun dengan ritme yang pendek-pendek. Bukannya parno atau bagaimana, cuma ini sudah tidak bisa dibilang normal lagi.
Saat itu suami mulai mengajak saya ke UGD, dengan pikiran yang penuh pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk membawa Asiy ke UGD Klinik Faskes 1 sama dengan waktu periksa bapil kemarin. Karena waktu itu sudah terlalu malam, dokter jaga di klinik sudah pergi ke Rumah Sakit tempatnya bertugas. Asiy sempat diperiksa oleh perawat yang ada, suhu tubuhnya sekitar 37.8 C dan saturasi oksigennya sekitar 87-88, perawat pun merujuk kami untuk segera membawa Asiy ke UGD Rumah Sakit. Tanpa banyak babibu, meskipun berangkat tanpa memakai helm, saya dan suami tancap gas membawa Asiy ke Rumah Sakit yaitu RS Citra Medika tempat dia lahir. Ini kedua kalinya saya kesini dengan kondisi yang berlainan, sebelumnya saya berbahagia karena mau ketemu calon bayi, sekarang bayi itu berusia 2 tahun dan harus di rawat disini lagi. Sedih sangat!
Perawat yang kami temui di UGD meminta saya untuk membaringkan Asiy di ranjang, kami pun menjelaskan beberapa hasil periksa di klinik sebelumnya. Dokter jaga di UGD memeriksa Asiy dengan kondisi nafas yang sama, berat dan ada suara grok-grok. Sampai akhirnya dokter memutuskan supaya Asiy opname disini, saya dan suami pun langsung mengiyakan asalkan yang terbaik buat Asiy. Saat memasangkan infus, perawat sekalian mengambil sampel darah untuk diuji laboratorium. Lalu dokter pun meminta saya mengikuti perawat untuk melakukan rontgen dada. Selang beberapa menit hasil tes dan rontgen pun keluar, hasilnya? Yah seperti yang kita pikirkan, ada yang tidak beres dengan pernafasannya. Hasil rontgennya menunjukkan paru-paru yang penuh dengan lendir dan hasil lab darahnya menunjukkan jumlah leukosit tinggi yang mana menandakan bahwa terjadi infeksi di dalam tubuh Asiy. Ohiya, saya tidak tahu soal administrasi Rumah Sakit karena semua diurus oleh suami saya, yang jelas waktu itu suami cuma bermodal KTP saya (karena KTP suami ketinggalan, haha) dan Kartu BPJS Asiy saja. Sambil mengurus administrasi suami diminta untuk membeli selang nebule dan oksigen untuk keperluan perawatan di RS, kenapa beli? Karena keperluan selang-selang ini tidak tercover BPJS yah teman-teman, jadi harus sedia sendiri, syukur kalau udah punya dibawa aja, tapi karena ini pengalaman baru bagi saya jadi ya harus beli untuk pertama kalinya. Setelah itu perawat menyarankan untuk mulai melakukan nebule pertama, yaps betul, karena masih menunggu kamar inap, kami masih melakukan semuanya di ruangan UGD. Bagaimana pengalaman pertama Asiy diinfus dan diuap? Alhamdulillah waktu diinfus Asiy cuma menangis kaget dan langsung tenang, tapi semua berubah semenjak nebule menyerang, alias Asiy mulai ngereog segala rupa sampai mau dicopot masker nebule dan selang infusnya.
Perasaan ibu campur aduk melihat Asiy yang masih kecil harus diinfus dan nangis-nangis karena diuap, ibu tau ini pengalaman pertama buat Asiy, banyak hal-hal asing yang tidak biasa dia temui, apalagi dengan kondisi dada sesak dan sambil menangis tersedu-sedu karena takut dengan suara selang nebule. Ibu masih gak percaya harus mengajak Asiy ke Rumah Sakit seperti ini, karena sehari sebelumnya dia masih ceria main kuda-kudaan bahkan sebelum kami bawa ke UGD tadi dia sempat bermain heboh dengan teman sebayanya. Memang Allah selalu punya rencana terbaik di balik semuanya, dan yang terbaik saat ini adalah merawat Asiy di bawah pengawasan dokter dan perawat. Satu hal lagi yang ibu pikirkan sambil memeluk Asiy adalah kerjaan besok gimana ya? Apa boleh izin? Apa harus masuk? Izinnya gimana?
Setelah kami mendapatkan ruangan, perawat langsung menyediakan kursi roda untuk saya dan Asiy, lalu dibantu dorong sampai ke ruang Eboni 5 tempat Asiy dirawat sampai sembuh seperti sekarang. Sampai di kamar, Asiy cuma mau tidur sambil dipeluk sama saya, saya pun ikut naik di ranjang. Sambil mengayun-ayunkan Asiy, saya kembali kepikiran tentang kerjaan dan cara ambil cuti besok gimana? Untuk saat itu yang saya mau cuma besok libur dan menemani Asiy full seharian, karena memang Asiy masih rewel dan gak bisa lepas dari saya. Akhirnya saya WA ke semua rekan kerja saya untuk koordinasi masalah kerjaan, ke personalia terkait prosedur izin dan besok paginya memberanikan diri WA ke direktur perusahaan mengenai masalah yang saya alami.
Cerita Beberapa Hari - Masa Penyembuhan
Malam pertama Asiy tidur di rumah sakit, dengan kondisi dada-perut kembang kempis, terlihat dia yang kesulitan mengambil nafas dan tidurnya dibantu dengan selang oksigen. Meskipun tidak nyaman, kadang juga merengek minta dilepas, kami pun sesekali memasangkannya lagi, atau sekedar ditempelkan dekat hidungnya saja, paling tidak ada oksigen yang masuk di tubuhnya. Ya Allah, begitu sulit ujianmu untuk Asiy, meski dengan tangisan kecilnya tapi Asiy terlihat ikhlas menjalani ini semua. Iya, dia emang mode pasrah gitu anaknya. Asiy hebat, anak baik dan sholehahnya ibu.
Keesokan paginya drama hari pertama pun dimulai, Asiy yang awalnya masih aktif dan ceria, dia beneran seperti anak yang sedang kesakitan, lemah letih lesu lunglai, tidak mau makan dan minum susu, cuma mau digendong ibu dan gak betah di atas kasur, masih adaptasi dengan rutinitas uap nebule sehari 3 kali yang kadang masuk kadang nggak, bikin dia trauma setiap melihat perawat datang dengan suntikan cairan nebule dan suara desis dari alat oksigen. Asiy cuma mau jalan-jalan di sekitar rumah sakit, 1 lantai kami telusuri, kadang bertiga dengan bapak, atau cuma berdua digendongan ibu untuk sekedar melihat truck di luar Rumah Sakit. Iya, Asiy yang anaknya eksplorer banget ini, gak bisa harus diem di dalem kamar, menghitung truck dan bus di jalan raya depan RS sudah lebih dari cukup buat Asiy. Belum ada setengah hari, mungkin kami berputar-putar di lantai 2 ini sudah hampir 5 kali atau lebih. Selepas dhuhur Asiy sudah aktif kembali, dia masuk ke lemari kamar inap, membuka tutup pintu toilet dan berlarian di ruang kamar dengan kondisi tangan diinfus, nah ibu yang bagian pegangin kantong infusnya. Ya Allah kalau ingat paginya lemas gitu, sekarang ini malah kayak gak lagi sakit dong.
Tepat di hari Selasa pagi, dokter anak yang bertugas datang bersama dengan rombongan dokter-dokter muda (sepertinya masih masa residensi ya) berkunjung dan melihat kondisi Asiy, dari sini saya menguping penjelasan dr. Anggono, Spa yang menjelaskan bahwa gejala-gejala yang dialami Asiy saat ini menunjukkan adanya radang paru-paru. Salah satu dokter muda pun mengiyakan dengan menyertakan data hasil rontgen, betul Asiy terkena Bronkopneumonia. Wah dari namanya aja kelihatan serem banget ya bun. Sejak saat itu isi HP saya isinya pencarian tentang "Bronkopneumonia pada balita" dari Google, Youtube maupun Tiktok. Saya mencoba menggali sedetail mungkin tentang Bronkopneumonia, bagaimana gejala? penyembuhan? terapi? obat? apakah berbahaya atau tidak? Sampai-sampai kerja pun tidak fokus karena kepikiran kondisi anak di rumah sakit. Syukurlah di hari kedua Asiy tidak terlalu rewel, karena bapak pulang ke rumah dan kembali lagi membawa barang-barang kesukaan Asiy. Bantal kesayangan, buku cerita, soundbook, dan boneka kelinci. Mama cerita kalau Asiy pintar pas ditinggal Ibu kerja, seharian betah duduk di atas kasur sambil bermain-main. Alhamdulillah sempat kepikiran Asiy bakalan 'kelayu' alias cari-cari ibunya, ternyata malah pinter dan nurut banget. Yah sesekali rewel di saat jadwalnya uap nebule dan minum obat, bisa dibilang nangis tantrum. Sampai di awal-awal nginap kami pun belum terlalu maksimal menjali pengobatan terapi uap, karena memang Asiy yang nangis menolak, obat pun sedikit-sedikit saja yang masuk. Jadi pada 3 hari pertama di rumah sakit, Asiy belum menunjukkan perubahan, akhirnya dirujuk untuk menjalani fisioterapi dada supaya melancarkan jalan nafas dengan mengeluarkan lendir secara maksimal.
Hari ketiga ini Asiy mulai menjalani fisioterapi dada bersama dengan perawat ahli, ditemani mama tentunya karena saya harus bekerja. Betul, selama beberapa kali fisioterapi, saya belum pernah menemani Asiy secara langsung, sesekali cuma dikasih cerita saja bagaimana tingkahnya Asiy saat fisioterapi. Alhamdulillah dia pintar dan tidak rewel, nurut apa kata perawatnya, meskipun agak males sedikit di beberapa gerakan senam. Jadi dari cerita mama, fisioterapi yang dilakukan yaitu dengan memberikan sinar hangat pada punggung dada dan melakukan beberapa gerakan senam untuk melancarkan jalan nafas.
Tepat di hari Kamis, dokter yang menangani Asiy berubah orang, karena di pertengahan bulan ini harus bergantian dokter spesialis anak yang bertugas sesuai dengan kebijakan rumah sakit, nah sekarang Asiy ditangani oleh dr. Debora, dokter anak cantik dan friendly banget. Jika dokter sebelumnya fokus pada pengobatan, untuk dokter Debora ini melanjutkan dengan "membenarkan" pengobatan kami. Alias membenarkan cara pendamping pasien dalam memberikan obat dan perawatan. Jadi sebelumnya uap nebule yang kami lakukan beberapa kali sehari itu masih kurang tepat, karena Asiy tidak pakai masker uap dan hanya berupa selang didekatkan ke hidung saja, sehingga obat uap tidak masuk secara maksimal ke rongga paru-paru. Nah sama dokter kali ini, kami diminta untuk memasangkan masker uap, hidung harus benar-benar tertutup masker sehingga obat uap bisa terhirup, meski harus memaksa dan setengah menyiksa, "gapapa bu, harus dipaksakan memang, biar adeknya juga cepat sembuh, ini demi kebaikan anaknya lho bu". Wah tertampar hati bapak, ibu dan mama uti dengar pecutan semangat dari dokter. Akhirnya mulai hari itu juga, meskipun Asiy ngereog, bertingkah tidak karuan, bapak dengan sigap mengunci kaki dan tangan, sedangkan mama atau ibuk bertugas memasangkan masker uap. Asiy tidak pernah berhenti menangis saat diuap, sekalipun, dia sampai hapal kalau ada perawat masuk ruangan bawa suntikan, berarti dia waktunya menjalani perawatan dengan mesin uap. Ohiya, semenjak dipegang dokter yang baru, kami juga dipinjami mesin khusus untuk uap, supaya terapinya lebih maksimal gitu katanya, semaksimal itu usaha dokter biar Asiy cepat sembuh. Setelah melewati drama uap nebule penuh tumpahan air mata, lega sekali kami saat melihat hasilnya. Kenapa? Karena Asiy detik itu juga langsung muntah lendir sangat sangat banyak. Nih ibu spill gambarnya, mon maaf pakai sensor ya, karena gak semua pembaca memiliki jiwa yang kuat. Hihi
Nah di hari kedua setelah melewati penguapan yang super ketat, Asiy diperiksa oleh dokter fisioterapinya. Alhamdulillah kata beliau kondisi nafas Asiy sudah tidak seperti pertama kali menjalani terapi, tandanya keadaan paru-parunya saat ini sudah mulai lega, lendirnya sudah mulai berkurang dan nafasnya sudah tidak grok-grok lagi, dokternya pun bilang kalau besok sudah tidak perlu fisioterapi lagi. Alhamdulillah wa syukurillah. Berarti Asiy sudah menunjukkan progres yang signifikan.
Masuk pada keesokan harinya, saat ibu pulang kerja dan membawa perlengkapan dari rumah, ibu datang masuk ke kamar ranap melihat bapak dan mama sedang memegangi Asiy, masih dengan drama ngereog saat diuap. Setelah itu mama dan saya bergantian, saya lihat kondisi bekas infus Asiy seperti habis dibuka, ternyata betul, karena terlalu banyak bergerak akhirnya darahnya bocor sehingga mengotori perban infus. Dan waktu saya yang jaga Asiy, kondisinya sudah diperbaiki oleh perawatnya. Nah tapi disini drama baru di mulai, karena saat Asiy nempel ke saya, dilihat-lihat dan dirasa-rasakan kok tangannya basah terus yaa, dan perban infusnya selalu terbuka, tidak mau nempel meskipun saya kembalikan sendiri, dan kondisi tangan Asiy basah seperti habis cuci tangan, basahnya sampai ke bawah papan penyangganya. Melihat kondisi yang tidak wajar ini, saya minta bapak untuk memanggil perawat, setelah dibuka perban-perbannya, saya kaget dong ternyata bocornya ini malah dari lubang infusnya itu sendiri. Kebayang gak sih? Lubang yang ditusuk jarum infus keluar air sangat banyak, disini perawatan menjelaskan kalau tubuhnya Asiy sedang menolak cairan infus. Akhirnya perawat memutuskan untuk melepas selang infus tersebut, mengingat kondisi Asiy yang sudah mulai membaik dan besok juga akan tes darah observasi kedua, kata perawatnya gapapa sambil dianyakan ke dokter apa perlu dipasangkan kembali atau tidak. Alhamdulillah selang beberapa menit, perawat kembali dan bilang kalau Asiy diminta istirahat tanpa infus. Sehingga di hari Sabtu malam itu Asiy sudah terbebas dari selang infus. Saya berpikiran kondisi seperti ini yah wajar saja ya, karena Asiy sudah diinfus hampir 7 hari, kasian juga kan badannya, bisa jadi ini bentuk penolakan alami dari dalam tubuhnya. Eits jangan dikira sudah lepas infus berarti sudah lepas terapi uapnya. Meskipun infus sudah dilepas, Asiy tetap harus menjalani terapi uap nebule, yah tentunya gerakan berontaknya semakin bebas karena sudah tidak diinfus lagi. Tapi bapak, ibu dan uti sigap dengan gaya kuda-kuda supaya Asiy tidak lepas. Haha
Pas di hari Minggu pagi, Asiy bangun seperti biasa namun dengan perasaan aneh karena sudah tidak ada selang infus di tangannya. Tangannya masih kaku dan berlagak seperti ada infusnya, sesekali ibu ingatkan buat menggenggam karena tangannya sudah bebas, mungkin karena belum terbiasa saja. Hari ini kami awali dengan sarapan dari warung sekitar rumah sakit. Belum juga siang hari, kami order makanan online Mie Gacoan dengan harapan Asiy juga bisa ngemil mie gorengnya. Alhamdulillah sedikit-sedikit Asiy pun mau makan. Tetap dengan tingkahnya yang lucu dan aktif, Asiy mengajak kami keliling lantai 2. Namun karena Asiy ini anaknya suka eksplorasi, akhirnya kami ajak turun menggunakan lift untuk membeli beberapa camilan di minimarket yang ada di rumah sakit ini. Reward sederhana buat Asiy karena sebelumnya sudah berani diambil sampel darahnya untuk tes laboratorium, ibu lumayan gak tega harus lihat tangan Asiy ditusuk-tusuk jarum suntik beberapa kali karena pembuluh darahnya susah ditemukan, jadi darahnya malah tidak keluar-keluar. Untungnya Asiy kuat banget, cuma nangis ala kadarnya karena kaget ditusuk jarum beberapa kali, setelah itu dia bisa guyon dan ceriwis lagi. MasyaAllah. Sambil menunggu hasil lab, kami habiskan waktu bermain-main di dalam kamar berempat. Jujur dengan perasaan was-was kami bereskan semua barang bawaan Asiy berharap jika hari itu juga bisa pulang. Meskipun belum tau hasil lab dan keputusan dokternya bagaimana, tetap optimis saja gapapa gak ada salahnya dicicil siapa tau beneran pulang kan. Sekitar habis sholat Ashar, seorang perawatnya kembali ke kamar kami membawa obat uap dan membawa kabar bahwa hasil laboratorium Asiy sudah keluar. Namun yang kami dapatkan malah kabar yang lumayan bikin insecure, perawat bilang bahwa hasil lab menunjukkan leukosit semakin tinggi dibanding hari pertama masuk. Lho kok bisa? Dengar kabar buruk seperti itu, hati ibu seperti mencelos dan mengubur harapan buat pulang hari itu juga. Beberapa kali ibu cuma bilang dan mbatin "gapapa berapa hari pun, yang penting Asiy bisa sembuh total", berusaha menenangkan diri dengan pikiran yang tidak karuan. Akhirnya kami menikmati saja suasana rumah sakit seperti malam-malam sebelumnya, bahkan Asiy aja sudah mulai terbiasa disini serasa staycation di hotel berhari-hari, anggap rumah sendiri ya dek. Lapas sholat Isya' kami bersantai-santai di kasur, bapaknya sedang ada urusan kerjaan di rumah, jadi di kamar hanya ada Asiy, ibu dan mama saja saat itu. Saat keasikan bermain sambil tengkurap di atas kasur, tiba-tiba ada perawat masuk membuka tirai kamar Asiy sambil membawa kabar bahagia yang kami nanti selama ini "Ibu, ini Asiyah sudah boleh pulang kata dokter Debora, silahkan diurus administrasi pulangnya ya bu". Ibu dan mama uti tidak berhenti bersyukur sebanyak-banyaknya, langsung mama turun ke lantai 1 mengurus dokumen kepulangan dan saya beresin barang sisa sambil menggantikan baju Asiy.
Akhirnya Kembali Pulang ke Rumah Tercinta
|
Rekap 7 hari di RS turun 1.2kg |
Alhamdulillah selama 7 hari 6 malam, Asiy sudah diperbolehkan pulang meskipun belum sembuh total dari batuknya, dengan kondisi belum hilang nafas pendeknya, tetapi dokter meyakinkan kami, dia dibolehkan pulang karena kondisi paru-parunya sudah plong, sudah tidak ada lendir yang menyumbat jalan nafasnya. Dengan perasaan was-was karena hasil lab yang lumayan bikin deg-degan sebelumnya dan dengan rasa syukur serta bahagia akhirnya bisa kembali tidur di rumah, kami mengurus keperluan administrasi pulang, dokternya juga berpesan untuk tetap strict minum obat-obatan supaya bisa sembuh total. Alhamdulillah meskipun banyak drama dan halang rintang, minum obat bapil yang super pahit, antibiotik, vitamin zinc, vitamin probiotik, dan apalagi ya, banyak banget pokoknya sampai kasian kalau lagi sesi minum obat-obatan. Tetapi hasil tidak menghianati usaha, pelan-pelan nafasnya mulai membaik dan teratur, batuk-batuknya pun sudah mulai berkurang. Saat kontrol pertama Asiy sudah dinyatakan sembuh oleh dokternya dan tidak perlu kontrol kedua lagi, asalkan selalu jaga pola makan utamanya. Ohiya karena sakit ini berat badan Asiy turun hingga 1.2 kg, perubahannya ketara sekali, anaknya kelihatan kurus dan pipinya tirus. Tenang gapapa, sebentar lagi pasti kembali lagi ke BB semula. Ayo semangat kejar BB ideal lagi biar kelihatan ginuk-ginuk ya dek.
Alhamdulillah banyak sekali rasa syukur ibu yang ingin disampaikan dan tidak bisa disebutkan lengkap satu per satu :
- Bersyukur Asiy saat ini sudah besar, dia paham dan mengerti serta bisa menyuarakan rasa sakitnya
- Bersyukur Bapak ada di rumah menemani Asiy opname, padahal biasanya kerja lapangan di luar kota
- Bersyukur pakai BPJS yang menanggung semua biaya RS
- Bersyukur diberikan dokter-dokter yang selalu memberikan usaha terbaik untuk kesembuhan pasien
- Bersyukur Asiy dirawat oleh staff perawat RS yang baik hati dan ramah
- Bersyukur diberikan teman-teman kerja yang kooperatif saat ditinggal izin tidak masuk (meskipun harus potong gaji, gapapa ibu ikhlas)
- Bersyukur diberikan tetangga-tetangga yang sangat peduli, baik saat Asiy di rumah sakit maupun saat Asiy sudah pulang ke rumah
Dan masih banyak lagi yang bisa kami ambil hikmahnya dalam semua kejadian ini, beberapa hal yang bisa kami syukuri selain dari poin-poin diatas, dan bisa kami jadikan sebagai pelajaran untuk bekal membersamai si kecil. Doain Asiy tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sholehah, sehat dan bahagia selalu yaa om dan tante. Love sekebon 💚