Sebelum masuk ke bagian kedua dari cerita perjuangan melahirkan, izinkan saya bercerita sedikit tentang sebuah berita yang saya terima saat usia kehamilan menginjak 5 minggu, yang mana masih dalam masa-masa Trimester Pertama, dan bisa dibilang sebagai berita yang tak ingin saya dengar waktu itu.
Kembali flashback saat itu saya dan suami masih dalam suasana bahagia menerima kabar bahwa saya positif hamil. Tetapi beberapa hari setelahnya, pada saat saya bersih diri (mandi), saya merasakan ada sesuatu (berupa benjolan) di sekitar PD sebelah kiri, yah kira-kira ukurannya 2-3 cm lah ya. Qodarullah bidan dan dokter di sekitar rumah bilang bahwa itu tumor jinak (lipoma), tidak berbahaya dan bisa dihilangkan dengan cara operasi. Tetapi seperti penjelasan dokter bahwa dengan kondisi saya hamil muda, lebih baik dibiarkan saja dahulu, jika sudah melahirkan ada kemungkinan akan hilang dengan sendirinya atau jika semakin parah berarti memang perlu tindakan operasi. Ya Allah dunia seperti runtuh seketika, pikiran sudah kalang kabut karena kepikiran calon jabang bayi tapi juga kepikiran penyakit tambahan ini. MasyaAllah tabarakallah, saat itu saya dan suami memilih untuk mendiamkan keadaan tersebut seperti normalnya saja, sambil berharap-harap cemas supaya tidak membesar dan menyebar. Dengan sugesti dan keyakinan yang kuat, kami anggap bahwa itu ujian Allah yang harus kita lewati, masih banyak ujian-ujian berat di depan sana yang menanti. Tidak apa-apa, saya sedikit melupakan pikiran-pikiran negatif yang selalu melintas di setiap teringat dengan kondisi saya. Fokus ke calon jabang bayi ya, dia butuh ibu yang kuat dan happy. Yuk bisa yuk!!
Hari demi hari saya jalani dengan berbagai macam perjuangan, terutama saat memasuki Trimester Kedua, dimana ini adalah masa ternyaman dalam masa kehamilan dan rejeki yang bertubi-tubi datang, tetapi juga sekaligus sebagai ujian baru yang datang menyerang. Kenapa ujian? Lanjut bacanya dong ~
Trimester Kedua, Masa-masa Paling Nyaman
Hai nak, yang di dalam perut ibu, di masa ini mungkin ukuranmu baru sebesar buah Mangga, tapi rasa sayang ibu sudah sungguh membara sejak kamu dinyatakan ada. Trimester kedua yaitu menginjak usia 4 hingga 6 bulan. Masa-masa ternyaman karena sudah mulai berkurang syndrom morning sickness, sudah mulai bebas makan apa saja tanpa perlu khawatir bakal keluar lagi, dan seperti biasa masih bisa beraktivitas meskipun itu banyak dibantu juga sama suami. Hehe
Benar - benar sedang menikmati hidup ya sis! Pada saat bekerja, saya beraktivitas di kantor dan berjalan kaki full tanpa menaiki kendaraan. Bukan karena gak boleh naik motor sih, tapi karena saya sendiri memilih untuk tidak manja dan harus kuat. MasyaAllah, ternyata banyak jalan-jalan ini malah bikin perut saya kram dan kencang. Cukup khawatir sama kondisi dede bayi dalam perut kalau diajak aktivitas berat kayak gitu. Padahal kerjaan saya malah mengharuskan terjun langsung ke lapangan survey mesin-mesin produksi dengan suara bising, banyak debu dan suasana yang cukup panas. Alhamdulillah, Allah menjawab semua kekhawatiran saya dan tanpa diduga suatu hari saya dipindahkan ke posisi dimana saya tidak perlu berjalan jauh lagi, malah cuma duduk - duduk saja kayaknya.
Di sisi lain, suami saya sedang berjuang mencari nafkah supaya bisa memenuhi segala kebutuhan saya dan anak nantinya. Tanpa diduga tak dinyana, suami saya diterima kerja yang mengharuskan dia keluar kota, keluar pulau lebih tepatnya. Bagaimana perasaanmu ghi? Kaget, pasrah, tapi harus tetap bersyukur. Mungkin ini jalan Allah mengantarkan rejeki untuk keluarga kecil hamba. Belum siap LDR-an, sedangkan hari dimana suami harus berangkat pun tiba. Suami pamitan, saat itu weekend dan sudah pasti saya sedang libur, saya berdandan rapi dan syantik seakan-akan mau mengantarkan beliau ke bandara, padahal karena masih puncak pandemi suami melarang saya untuk ikut. Akhirnya cukup sekedar mengantarkannya di depan gang rumah saja. Kembali ke rumah, tiba-tiba saya menangis sejadi-jadinya karena mengingat semua perhatian suami (yang tidak ditunjukkan secara langsung) untuk istrinya yang sedang hamil muda ini. Ternyata begini perbedaannya tanpa ditemani suami meski baru dirasakan beberapa saat saja. Ya Allah beri hamba kekuatan!
Suami berangkat keluar pulau saat kandungan saya memasuki usia 5 bulan. Sebelum berangkat pun beliau sempat merasakan gerakan pertama si kecil di dalam perut, benar-benar halus bahkan sampai bingung ini antara perut ibu lapar atau memang gerakan si janin. Hehe mungkin si dede bayi paham mau ditinggal kerja sebentar sama bapaknya, jadi mau menunjukkan jati diri gitu deh. Ya gak dek?
Eh nangis-nangis saya di awal tadi ternyata cuma intronya doang guys! Karena saya melewati trimester kedua ini dengan perasaan super duper enteng, santuy dan enjoy life aja. Nangis ditinggal suami? Cuma pas awalan saja, habis itu happy lagi menjalani hidup. Bukan lupa dan gak tau diri ya, tapi saya berusaha jadi ibu yang kuat, tangguh dan tahan banting. Benar-benar masa ternyaman dalam masa kehamilan, makan sesukanya, diajak kondangan ayo, pulang kerja lanjut belanja sayur, mampir beli kebab, pulang kerja lanjut nyuci baju sambil ngedrakor dan belajar yutub tentang kehamilan, jemur baju sendiri dengan posisi jemuran yang jauh di atas kepala (jemuran khusus suami sih ini) jadi waktu itu jemurnya harus naik "dingklik" alias kursi kecil sambil pegangan mesin cuci sebelahnya. Hmm, kayaknya kalau ketahuan suami dan mama bakal dimarahin sih saya. Tapi tenang aja guys, InsyaAllah tetap hati-hati dan aman kok.
Saat suami berada di luar pulau, jadwal kontrol dan USG saya ditemani oleh calon utinya alias mama saya sendiri. Alhamdulillah waktu itu jarak rumah beliau dan tempat tinggal saya tidak terlalu jauh, cukup 30 menit saja. Jadi meskipun ditinggal suami sendirian di rumah, bersyukur sekali masih ada orang tua saya yang sering jenguk walau hanya beberapa hari dalam sepekan.
Sudah dulu ya cerita trimester kedua kali ini. Kalau masih pada mau nyimak, Yuk lanjut ke bagian selanjutnya yaa!