Dara adalah seorang cewek yang dianugrahi berbagai kelebihan
oleh Allah SWT, dia pintar menggambar, pandai memasak, selain itu dia juga
diberikan kelebihan luar biasa yang mungkin tidak umum di masyarakat, yaitu Six Sence atau bisa disebut indra
keenam. Kelebihan ini bisa membuatnya melihat masa depan, termasuk jodoh yang
akan menemani di sepanjang hidupnya. Pada suatu hari, dia berwisata dengan
keluarga ke Wisata Bahari Malang, rombongannya juga mengundang keluarga dari teman
tantenya yang ada di Surabaya. Bus berangkat dari Mojokerto menuju Malang.
“ Idichh.. ngapain loe duduk di sebelah gue ? gak ada tempat duduk lain apa? “, tanya Dara dengan jutek.
“ Idichh.. ngapain loe duduk di sebelah gue ? gak ada tempat duduk lain apa? “, tanya Dara dengan jutek.
“ Gak bisa liat tha?
Udah penuh..! tinggal ini aja..“ jawab Fian
“ Dingin banget loe jadi cowok... “
“ Biarin, ntar loe juga mau...” jawab Fian sekali lagi
dengan suara dingin pula.
“ Bodoo... :P “ Dara
menjawab semakin jutek.
Sepanjang perjalanan
menuju WBM Dara dan Fian saling bertengkar, namun itu semua menunjukkan
keakraban mereka di depan keluarganya. Sanpai tidak terasa kalau rombongan
mereka telah smpai di tujuan. Tanpa berfikir lama, salah seorang dari rombongan
tersebut mewakili membeli tiket masuk. Dan kemudian kembali ke rombongan sambil
memberikan tiket.
Bersama – sama mereka
masuk ke Wisata tersebut melewati gerbang sembari memberikan tiket ke penjaga
loket dan dilampirkannya selembar tiket itu di pergelangan tangan sebagai tanda
masuk untuk menikmati berbagai hiburan di dalamnya.
Dengan sengaja si Fian menyerobot
dan memotong jalan Dara, berulangang kali si Fian melakukan itu seakan – akan
mencari perhatian dari seorang cewek yang pernah duduk bersebelahan dengannya
di dalam bus.
“ Apa – apaan sich?
Nyerobot aja dari tadi.. Lewat sana – lewat sini, gak jelas jalannya tapi yang
pasti jalan loe itu menghalangi
pemandangan gue tau gak? “ celoteh si Dara.
“Hahahaha... Biarin,
suka – suka gue!! Wee ” jawab Fian.
“Uch, kayak gak pernah
dosa aja loe... Ngapain sich? “
“Gue minta nomer HP- loe
boleh gak? “ tanya Fian.
“What?? Gak mau ah, buat
apa? Gak penting juga, gak usah lain kali aja kalau ketemu lagi,wee “ jawab
Dara dan kemudian dia lari menuju suatu Restaurant
untuk makan bersama.
Ternyata si Fian telah tertarik dengan Dara karena
tingkahnya yang menggemaskan dan sok
jutek, dia tak pernah menyerah mencari tahu tentang Dara ke rombongan yang
berangkat bersamanya dan notabene adalah saudara si Dara. Tidak beberapa lama
dia sudah tahu banyak tentang Dara, info – info yang berhubungan dengan Dara
sudah dia dapat begitu banyak. Namun yang masih kurang yaitu nomor Hpnya, dia
begitu susah untuk mendapatkan nomor si
cewek yang telah merebut hatinya di dalam bus.
“Boleh ya? Gue pengen
minta nomor loe? Please.. “ rayu si Fian beberapa kali ke Dara.
“Buat apa sich? Gak
penting juga kali... Terus loe kenapa berubah gini? Tadi aja saat di bus
juteknya menggila, ehh sekarang malah uda jinak gini, pakai minta no. Hp gue
lagi, Hahaha “ jawab Dara dengan nada mengejek.
“Maksud loe apa? Gue
Cuma pengen deket aja sama loe? Bagi gue gak pernah ada cewek yang tingkahnya
seunik kayak loe gini? Loe itu beda banget.” Jawab Fian dengan jujur.
Suasana mulai serius,
mereka melanjutkannya dengan saling berbagi cerita tentang keseharian masing –
masing.
“Loe yakin pengen deket
sama gue? “ Dara memulai pertanyaan yang menandakan bahwa obrolan mereka
serius.
“Iya, gue yakin.”
“Tapi ada sesuatu yang
mungkin kamu kurang bisa menerimanya, sesuatu yang terjadi dalam hidup gue
selamanya, gak pernah gue bisa menghilangkannya meskipun gue nangis darah,
karena sesuatu itu kehendak Tuhan “ curhat Dara ke Fian sembari menangis
tersedu, karena terpancing dari kesedihan yang dia rasakan sejak kecil.
“Memangnya apa? Cerita
aja, gue siap dengerin, anggap aja kita sudah saling kenal jauh, okey? “
“Gue terlahir mempunyai
kelebihan, loe tau six sence kan? Nah
itu, ayah gue gak bisa nerimanya, sejak kecil gue dikurung di kamar, gue takut
orang yang deket sama gue jadi ngejauhin gue semenjak tau kalau gue punya
kelebihan itu !! “ cerita Dara, semakin menangis karena tak bisa menahan air
matanya.
“Tega banget ayah loe,
tapi untung aja sekarang uda gak ada... iya kan? Tapi keren lho punya kelebihan
kayak gitu,hehe Ketawa dong, jangan nangis lagi!!” jawab Fian menenangkan Dara.
“Loe tau dari mana kalau
ayah gue uda gak ada? thanks iy uda
mau dengerin dan jadi temen gue?”
“hwehehehe... rahasia
lah itu..!! iah sama – sama, gue akan selalu menemani loe” jawab Fian.
“Kok bisa tau sich...?”
Dara bergumam.
Semenjak Dara dan Fian
saling bercerita itu, mereka menjadi semakin akrab dan dekat. Mereka SMS-an
setiap hari, tanpa henti tak kenal waktu. Dan pada suatu hari mereka resmi
berpacaran, tapi si Dara hanya menganggap sebagai cinta monyet yang biasa
dialami oleh anak remaja. Selain itu Dara juga kurang serius dengan Fian,
karena belum tentu jodohnya itu adalah seorang cowok yang dikenalnya saat duduk
bersebelahan di bus. Selama 3 tahun Dara berpacaran dengan Fian, setiap minggu mereka
bertemu, bermain ke rumah masing – masing bergantian.
Pada suatu hari, Dara
mendapat PR matematika yang sukar dikerjakan olehnya. Dia bermaksud
mendiskusikannya dengan Fian, berhubung jarak jauh si Dara menelpon Fian. Fian
menjawab, “kenapa sich telepon, loe bisa telephati kan? Cepet mati.in, hemat
pulsa tau... hehehe”
“Bentar, loe bisa?? “,
tanya Dara mengheran.
“Hehe, sorry gue belum
ngasih tau ya?
Akhirnya obrolan mereka
dilanjutkan menggunakan kelebihan masing – masing, dan PR Dara pun selesai.
Beberapa bulan sekali
mereka sering bermain dan keluar bersama keluarga. Dan suatu hari, mereka
menghabiskan liburan dengan bepergian, yaitu ke Surabaya. Dan saat di hotel
tepatnya makan malam bersama seluruh keluarga, Fian dengan surprise memberi Dara sebuah gelang terukir bunga berwarna ungu.
Dara sangat senang, dan selalu menyimpannya meski selama 3 tahun hatinya tak
sepenuhnya untuk Fian, karena Dara tahu kalau si Fian bukan masa depannya.
Saat masuk sekolah
setelah tanggal merah, tepatnya hari Jum’at, saat pelajaran Bahasa Indonesia.
Fian menelpon Dara, Dara mengangkat karena keadaan KBM yang memang sangat
santai waktu itu. Fian meberi kabar yang kurang bagus, dia sakit dan tidak
masuk sekolah, namun masih ada sukanya karena dia bisa mengobrol lama dengan
Dara, orang yang dia cintai.
Penggalan
obrolan Dara dengan Fian
Dara : Ada apa kok telepon?
Fian : Gak papa, pengen aja. Ada pelajaran kan?
Dara : iya, tapi lagi santai.
Fian : Aku sakit, gak bisa masuk sekolah. Ini
ada temen – temen di sebelah, dia ikutan gak masuk
Dara : Lho.. Sakit apa?
Fian : Panas, biasa lah. Hehehe oh iy, salam
buat temen – temen ya? And aku pengen kamu jaga diri baik – baik. Sebentar
lagi, kamu bakalan ketemu dengan orang yang selama ini kamu cari.
Dara : iya.. sudah dulu, mau pesentasi.
(Dari
obrolan tersebut, Dara bingung kenapa Fian tiba – tiba menitip salam untuk
teman – teman dan secuil amanah untuknya, seperti ucapan perpisahan)
Tak
disangka, ternyata Jum’at itu merupakan hari terakhir Dara mendengar suara
Fian, dan liburan di Surabaya adalah saat terakhir mereka berjumpa tatap muka.
Tak ada lagi keceriaan Fian, canda tawa bersama, sedih terharu, marah, lucu dan
semua hal tentang Fian sudah menghilang. Takdir memang sudah tertulis, tak bisa
dihindari oleh hamba-Nya yang tak berkuasa. Fian meninggal pukul 15.00, Dara
belum tahu, namun dia sudah mempunyai firasat tentang hal itu. Dara mecoba SMS
berkali – kali, memang yang ia lakukan sia – sia, karena tak ada daya Fian
membalas SMS dari orang yang dia cintai itu.
Sabtu Sore, Dara diajak oleh seorang
pamannya yang tinggal di Surabaya. Tak tahu arah tujuannya, dia hanya mengikuti pamannya,
ternyata sampailah ke sebuah nisan bertuliskan nama seorang yang telah
menemaninya selama 3 tahun itu. Semuanya terungkap sudah kegalauan hati Dara
tentang firasat yang dia rasakan, SMS yang tak dibalas juga sudah terbuka
kejelasnnya. Fian terkena leukimia, yang akhirnya memisahkannya dengan Dara.
Dara hanya bisa menangis, menyesal karena tidak berada di samping Fian disaat –
saat terakhirnya.
Penyesalan amat terdalam oleh Dara
hanya untuk Fian, semasa mereka berpacaran, Dara memang tidak serius, namun
saat dia kehilangan seseorang yang selalu ada saat ia butuhkan, dia sangat
terpukul. Akhir – akhir ini, dia mulai sadar kalau Fian tidak ada yang bisa
menggantikan untuknya, Fian masih ada di hatinya.
***
Tidak ada komentar
Posting Komentar